Wednesday, August 21, 2019

Keteladanan Guru Salah Satu Kiat Sukses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar tentu tidak terlepas dari peran seorang guru. Siswa yang berhasil dalam pembelajarannya merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi setiap guru. Tentu banyak sekali cara yang dapat ditempuh oleh guru jika ingin sukses dalam membelajarkan anak didik. Dimulai dengan menerapkan berbagai model dan strategi belajar, menggunakan media yang dapat memotivasi siswa, pengelolaan kelas yang baik, hingga sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh sang guru dalam mengembangkan karakter peserta didikpun dapat dijadikan sebagai penyebab keberhasilan peserta didik.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin sedikit berbagi pengalaman selama menjadi guru di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut penulis, keteladanan yang dimiliki seorang guru, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Bukankah dalam menyongsong abad 21, pendidik harus mampu mengembangkan dan membina karakter peserta didik? Oleh karena itu, hal ini sangat sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini.
Peserta didik merupakan representative dari bapak dan ibu gurunya di sekolah. Bagaimana perlakuan seorang guru terhadap anak didiknya, sedikit banyak pasti memiliki dampak. Ungkapan “guru digugu dan ditiru” sangatlah familiar di telinga kita. Artinya, guru harus pandai memposisikan dirinya, karena ia merupakan sosok teladan yang pantas ditiru dalam segala hal.
Berdasarkan hal di atas, di sini akan penulis uraikan beberapa kiat yang telah penulis coba terapkan terhadap peserta didik. Selanjutnya menurut hemat penulis, kiat tersebut mampu menorehkan hasil yang diharapkan.

1. Selalu Berbicara dengan Santun dan Lemah Lembut

Seperti apa dan bagaimana keadaan peserta didik, guru harus menghargai dan membuatnya lebih bermakna untuk duduk di dalam kelas. Dengan ucapan, sapaan, nasihat, ajakan, suruhan, sanjungan, bahkan marah sekalipun, hendaknya tetap menggunakan bahasa yang santun. Hal inilah yang penulis lakukan pada setiap tatap muka di kelas. Penulis sempatkan untuk menyapa dan memberi nasihat yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah. Dengan nasihat dan perkataan yang lemah lembut, diharapkan anak didik juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat menyejukkan orang lain dengan perkataannya, sehingga lebih menghargai dan tumbuhlah kecerdasan emosionalnya.

2. Menutup Aurat Sesuai Perintah Allah

Dalam materi Pendidikan Agama Islam, ada satu bab khusus yang membicarakan tentang perintah Allah kepada wanita muslimah untuk berpakaian sesuai syari’at Islam. Perintah ini terdapat dalam Alquran surah Al Ahzab ayat: 59, yang intinya memerintahkan wanita muslimah untuk mengenakan pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Dan memanjangkan kerudungnya hingga menutup dadanya.

Hal ini secara praktis telah penulis terapkan sebagai salah satu perwujudan dari perintah Allah tersebut, dengan keyakinan, apa yang kita ketahui maka kita terapkan dan bertujuan menjadi contoh teladan untuk para peserta didik. Dengan dasar keyakinan inilah, setelah penulis amati dan perhatikan, Alhamdulillah memperoleh respon positif. Hal ini dibuktikan oleh para siswa yang perempuan, lambat laun semakin sadar untuk menutup aurat sesuai perintah Allah.

3. Sholat Zuhur Berjama’ah di Musholla Lingkungan Sekolah

Sholat merupakan amal yang pertama sekali yang akan ditimbang Allah pada hari kemudian. Allah lebih menyukai sholat hambanya di awal waktu. Serta keutamaan bagi orang yang sholat berjama’ah akan dibalas Allah sebanyak 27 kali lipat kebaikan. Beranjak dari pemahaman tentang hal inilah yang sebelumnya telah penulis sampaikan kepada peserta didik, menjadi pemicu semangat dan motivasi mereka untuk melaksanakan sholat di awal waktu .
Tentu saja hal ini menjadi kesempatan yang baik bagi penulis untuk terus berdakwah dengan memberikan contoh langsung atau keteladanan. Dengan bersama-sama peserta didik melaksanakan sholat zuhur, tentu semakin meyakinkan mereka, bahwa guru tak hanya pandai berbicara, tetapi guru juga mampu berbuat sesuai apa yang disampaikannya. Metode seperti ini menurut penulis lebih membekas di hati peserta didik.

4. Sholat Sunnah Dhuha di Sekolah

Sholat Dhuha ini biasa dilakukan oleh beberapa orang guru tempat penulis bertugas. Awalnya hanya kami 5 orang guru saja yang boleh dikatakan rutin melaksanakan sholat Dhuha ini. Namun setelah berjalan beberapa bulan, ternyata para siswa kami ada yang memperhatikan dan aktif bertanya dalam kelas ketika tatap muka dengan penulis.
Penulis langsung memberikan pengetahuan seputar sholat dhuha, maknanya, tata caranya, keutamaannya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sholat dhuha.
Berbekal pengetahuan dan pengamatan yang dilakukan para siswa, akhirnya beberapa orang mulai mengerjakannya, dan semakin lama semakin bertambah dengan ajakan teman-temannya dan motivasi dari guru-guru mereka. Terlebih lagi dikarenakan contoh yang diberikan oleh para guru, sehingga peserta didik mantap untuk mengambil tindakan, yang pelaksanaannya tidak mengganggu proses belajar mengajar, karena dikerjakan pada jam istirahat.
Demikian yang dapat penulis sajikan dalam tulisan ini. Menjadi guru dengan memiliki kepribadian dan akhlakul karimah adalah sebuah keniscayaan. Guru merupakan sosok yang luar biasa, ia sempurna dalam berbagai kondisi. Dengan demikian, seorang guru merupakan sumber pembelajaran bagi anak didiknya. Sumber pengetahuan dan pembimbingnya untuk menjadi lebih baik.
Salah satu upaya guru untuk keberhasilan anak didiknya adalah menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh teladan yang dapat ditiru oleh peserta didiknya. Sehingga walaupun mungkin peserta didik belum cerdas intelektualnya, namun boleh jadi ia cerdas secara emosional dan spiritualnya. Hal ini jauh lebih bermakna, daripada cerdas namun tidak berakhlak, lebih mulia memiliki akhlak yang baik sambil terus mengasah pengetahuannya. Tentu saja keteladanan ini dapat berbeda dengan sekolah tempat Bapak dan Ibu guru bertugas, sesuai dengan kepribadian yang dimiliki. Akhirnya penuli mohon maaf jika terdapat penepatan bahasa yang tidak sesuai. Semoga tulisan ini bermanfaat, Wallahu A’lam.

Pahlawan Wanita Berkerudung Syar'i Yang Terlupakan

"Kartini" yang tidak pernah dimunculkan profilnya. Pengaruhnya dalam dunia pendidikan begitu nyata. Bahkan sekaliber Al-Azhar Mesir pun terinpirasi dari tindakan beliau. Dan, point yang tidak kalah penting, pakaian anggun dengan kerudung yang menutup dada itu sudah lama ada sebelum Indonesia merdeka.. Allahu Akbar..
Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah (1900-1969) adalah salah satu pahlawan wanita milik bangsa Indonesia, yang dengan hijab syar'i-nya tak membatasi segala aktifitas dan semangat perjuangannya.
Rahmah, begitu ia biasa dipanggil, adalah seorang guru, pejuang pendidikan, pendiri sekolah Islam wanita pertama di Indonesia, aktifis kemanusiaan, anggota parlemen wanita RI, dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.
Ketika Rahmah bersekolah, dengan bercampurnya murid laki-laki dan perempuan dalam kelas yang sama, menjadikan perempuan tidak bebas dalam mengutarakan pendapat dan menggunakan haknya dalam belajar. Ia mengamati banyak masalah perempuan terutama dalam perspektif fiqih tidak dijelaskan secara rinci oleh guru yang notabene laki-laki, sementara murid perempuan enggan bertanya. Kemudian Rahmah mempelajari fiqih lebih dalam kepada Abdul Karim Amrullah di Surau Jembatan Besi, dan tercatat sebagai murid-perempuan pertama yang ikut belajar fiqih, sebagaimana dicatat oleh Hamka.
Setelah itu, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Lil Banaat (Perguruan Diniyah Putri) di Padang Panjang sebagai sekolah agama Islam khusus wanita pertama di Indonesia. Ia menginginkan agar perempuan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tekadnya, "Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum saya akan tetap terbelakang. Saya harus mulai, dan saya yakin akan banyak pengorbanan yang dituntut dari diri saya. Jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak bisa?"
Rahmah meluaskan penguasaannya dalam beberapa ilmu terapan agar dapat diajarkan pada murid-muridnya. Ia belajar bertenun tradisional, juga secara privat mempelajari olahraga dan senam dengan seorang guru asal Belanda. Selain itu, ia mengikuti kursus kebidanan di beberapa rumah sakit dibimbing beberapa bidan dan dokter hingga mendapat izin membuka praktek sendiri.
Berbagai ilmu lainnya seperti ilmu hayat dan ilmu alam ia pelajari sendiri dari buku. Penguasaan Rahmah dalam berbagai ilmu ini yang ia terapkan di Diniyah Putri dan dilimpahkan semua ilmunya itu kepada murid-murid perempuannya.
Pada 1926, Rahmah juga membuka program pemberantasan buta huruf bagi ibu-ibu rumah tangga yang belum sempat mengenyam pendidikan dan dikenal dengan nama Sekolah Menyesal.