Dalam kesempatan ini, penulis ingin sedikit berbagi pengalaman selama menjadi guru di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut penulis, keteladanan yang dimiliki seorang guru, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Bukankah dalam menyongsong abad 21, pendidik harus mampu mengembangkan dan membina karakter peserta didik? Oleh karena itu, hal ini sangat sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini.
Peserta didik merupakan representative dari bapak dan ibu gurunya di sekolah. Bagaimana perlakuan seorang guru terhadap anak didiknya, sedikit banyak pasti memiliki dampak. Ungkapan “guru digugu dan ditiru” sangatlah familiar di telinga kita. Artinya, guru harus pandai memposisikan dirinya, karena ia merupakan sosok teladan yang pantas ditiru dalam segala hal.
Berdasarkan hal di atas, di sini akan penulis uraikan beberapa kiat yang telah penulis coba terapkan terhadap peserta didik. Selanjutnya menurut hemat penulis, kiat tersebut mampu menorehkan hasil yang diharapkan.
1. Selalu Berbicara dengan Santun dan Lemah Lembut
Seperti apa dan bagaimana keadaan peserta didik, guru harus menghargai dan membuatnya lebih bermakna untuk duduk di dalam kelas. Dengan ucapan, sapaan, nasihat, ajakan, suruhan, sanjungan, bahkan marah sekalipun, hendaknya tetap menggunakan bahasa yang santun. Hal inilah yang penulis lakukan pada setiap tatap muka di kelas. Penulis sempatkan untuk menyapa dan memberi nasihat yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah. Dengan nasihat dan perkataan yang lemah lembut, diharapkan anak didik juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat menyejukkan orang lain dengan perkataannya, sehingga lebih menghargai dan tumbuhlah kecerdasan emosionalnya.
2. Menutup Aurat Sesuai Perintah Allah
Dalam materi Pendidikan Agama Islam, ada satu bab khusus yang membicarakan tentang perintah Allah kepada wanita muslimah untuk berpakaian sesuai syari’at Islam. Perintah ini terdapat dalam Alquran surah Al Ahzab ayat: 59, yang intinya memerintahkan wanita muslimah untuk mengenakan pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Dan memanjangkan kerudungnya hingga menutup dadanya.
Hal ini secara praktis telah penulis terapkan sebagai salah satu perwujudan dari perintah Allah tersebut, dengan keyakinan, apa yang kita ketahui maka kita terapkan dan bertujuan menjadi contoh teladan untuk para peserta didik. Dengan dasar keyakinan inilah, setelah penulis amati dan perhatikan, Alhamdulillah memperoleh respon positif. Hal ini dibuktikan oleh para siswa yang perempuan, lambat laun semakin sadar untuk menutup aurat sesuai perintah Allah.
3. Sholat Zuhur Berjama’ah di Musholla Lingkungan Sekolah
Sholat merupakan amal yang pertama sekali yang akan ditimbang Allah pada hari kemudian. Allah lebih menyukai sholat hambanya di awal waktu. Serta keutamaan bagi orang yang sholat berjama’ah akan dibalas Allah sebanyak 27 kali lipat kebaikan. Beranjak dari pemahaman tentang hal inilah yang sebelumnya telah penulis sampaikan kepada peserta didik, menjadi pemicu semangat dan motivasi mereka untuk melaksanakan sholat di awal waktu .
Tentu saja hal ini menjadi kesempatan yang baik bagi penulis untuk terus berdakwah dengan memberikan contoh langsung atau keteladanan. Dengan bersama-sama peserta didik melaksanakan sholat zuhur, tentu semakin meyakinkan mereka, bahwa guru tak hanya pandai berbicara, tetapi guru juga mampu berbuat sesuai apa yang disampaikannya. Metode seperti ini menurut penulis lebih membekas di hati peserta didik.
4. Sholat Sunnah Dhuha di Sekolah
Sholat Dhuha ini biasa dilakukan oleh beberapa orang guru tempat penulis bertugas. Awalnya hanya kami 5 orang guru saja yang boleh dikatakan rutin melaksanakan sholat Dhuha ini. Namun setelah berjalan beberapa bulan, ternyata para siswa kami ada yang memperhatikan dan aktif bertanya dalam kelas ketika tatap muka dengan penulis.
Penulis langsung memberikan pengetahuan seputar sholat dhuha, maknanya, tata caranya, keutamaannya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sholat dhuha.
Berbekal pengetahuan dan pengamatan yang dilakukan para siswa, akhirnya beberapa orang mulai mengerjakannya, dan semakin lama semakin bertambah dengan ajakan teman-temannya dan motivasi dari guru-guru mereka. Terlebih lagi dikarenakan contoh yang diberikan oleh para guru, sehingga peserta didik mantap untuk mengambil tindakan, yang pelaksanaannya tidak mengganggu proses belajar mengajar, karena dikerjakan pada jam istirahat.
Demikian yang dapat penulis sajikan dalam tulisan ini. Menjadi guru dengan memiliki kepribadian dan akhlakul karimah adalah sebuah keniscayaan. Guru merupakan sosok yang luar biasa, ia sempurna dalam berbagai kondisi. Dengan demikian, seorang guru merupakan sumber pembelajaran bagi anak didiknya. Sumber pengetahuan dan pembimbingnya untuk menjadi lebih baik.
Salah satu upaya guru untuk keberhasilan anak didiknya adalah menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh teladan yang dapat ditiru oleh peserta didiknya. Sehingga walaupun mungkin peserta didik belum cerdas intelektualnya, namun boleh jadi ia cerdas secara emosional dan spiritualnya. Hal ini jauh lebih bermakna, daripada cerdas namun tidak berakhlak, lebih mulia memiliki akhlak yang baik sambil terus mengasah pengetahuannya. Tentu saja keteladanan ini dapat berbeda dengan sekolah tempat Bapak dan Ibu guru bertugas, sesuai dengan kepribadian yang dimiliki. Akhirnya penuli mohon maaf jika terdapat penepatan bahasa yang tidak sesuai. Semoga tulisan ini bermanfaat, Wallahu A’lam.
Test comment peserta workshop
ReplyDelete